Latest News

Nasib Ditilang Pak Polisi Di Jakarta

Ditilang Pak Polisi
Nasib Sial Ditilang Polisi : Ini cerita sengaja gw ekspose buat penuh-penuhin konten blog gw aja. Tapi kalo ada yang melotot maksa membaca, tolong ambil hikmahnya aja ya. Hehehe.

Cerita ini tentang nasib malang gw saat masih baru-baru tinggal di Jakarta. Ka itu gw sedang sibuk-sibuknya kuliah dan cari-cari kerjaan. Pasca mengajukan lamaran ke salah satu Bank swasta di Indonesia yang kantornya di daerah Blok M. Gw bermaksut untuk sholat jumat di deket kampus Salemba. Sepanjang jalan dari Blok M melewati lembah jalan Gatot Subroto, nampaknya aman terkendali. Tapi nasib sial ternyata menghampri gw saat melewati tikungan dari Gatsu ke tebet. Mendadak gw ditereakin pak polisi dengan peluit putihnya. Dengan petentang-petenteng pak polisi mencoba memberhentikan laju motor gw. 

"Selamat siang Bapak. Bapak tahu, apa kesalahan Bapak?", pak Polisi mencoba mengawali dialog dengan gw yang mulai gemeteran.

"Tidak tahu pak. Memang apa salah saya pak?", gw bales ngejawab karena memang gw tidak sadar dengan kesalahan gw.

"Maaf bapak. Anda tidak menyalakan lampu depan di Siang Hari", pak Polisi mencoba menjelaskan kesalahan gw.

"Maaf Pak. Bisa ditunjukkan surat-surat Bapak?" Pak polisi mencoba menanyakan surat-surat kendaraan gw. Mampus, mendadak kaki mulai gemeteran dan badan panas dingin, ditambah lagi dada berasa detak bom waktu. Tak... tik... Tuk..., Tak... Tik... Tuk....!

Gw hanya bisa menyodorkan STNK karena memang motor yang sedang gw pakai itu motor abang gw, ya kebetulan dia lagi libur kerja jadi sengaja gw pinjem buat memenuhi panggilan interview di Bank yang gw maksut di atas.

"Maaf pak, bisa tunjukkan SIM nya?", Tanya pak polisi yang gak puas dengan berkas gw itu. Dengan berbagai jurus babibu gw, ngeles kayak bajai, akhirnya terpaksa deh gara-gara gak bisa nunjukin SIM, gw dikasih surat tilang warna Merah, dan terpaksa gw harus nebus SIM abang gw itu minggu depan di Pengadilan.

Buset dah. Sedikit ,menggumam. Pasal ini salah gak sih sebenernya. Katanya suruh hemat energi. Kok siang-siang bolong pake wajib nyalain lampu motor, apa itu gak termasuk tindakan yang boros energi.

Tapi yasudahlah, toh STNK sudah disita pak Polisi dan di tangan gw hanya ada surat tilang aja. Beberapa bulan kemudian karena kesibukan gw yang sangat padat. Barulah STNK itu gw tebus dengan harga yang lumayan parah. Maklum, faktor keterlambatan.

Kemudian setahun kemudian, alhamdulillah gw akhirnya punya motor sendiri. Entah dosa apa yang gw perbuat, hingga suatu malam saat akan dinner dengan teman-teman organisasi gw di kampus, mendadak gw dipinggirin ke tepi jalan.

"Maaf pak, bisa ditunjukkan SIM, STNK dan KTP Bapak?", pak polisi mencoba mengawali introgasinya.
Ya gw kasih aja berkas yang dia minta. Namun kali ini sedikit berbeda seperti kasus tilang yang gw alami setahun yang lalu di kawasan Pancoran. kali ini memang gw salah, yang pertama yang gw bonceng gak pakai helm, dan yang ke dua gw gak bawa SIM. Mampus, pasti kesita nih STNK gw, gw fikir gitu. Tapi dengan mencoba memelas, gw minta damai saja. Eh ternyata, Pak Polisi ngerespon. 

"Bisa, tapi ini bantu ambil denda ya, ini denda maksimalnya Pak (sambil menunjukkan kertas tilang), silahkan bapak bayar di sini saja", Polisi mencoba mengakali gw.

Dengan permainan lobi-lobi, bak pasar ikan, gw coba tawar-tawar harga.
Yasudah gw kasih aja 20 ribu. Eh, pak polisinya bilang.

"Yasudah, masukin buku (buku tilang) saja. Lain kali pakai helm ya. Hati-hati di jalan". Kata pak Polisi mengakhiri perbincangan dan akhirnya kami berpisah.
Kejadian itu terjadi di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.

Hahaha, di sini antara prihatin dan bersyukur beda-beda tipis. Prihatin melihat kelakuan pak Polisi, pemalak berseragam. Tapi bersykur juga sih, akhirnya STNK gw gak dibawa dia.

Dan itulah kisah gw saat kena tilang polisi di Jakarta. 
Ingat, ambil manfaatnya dan buang yang jelek ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bendera | Distributed By Blogger Templates | Designed By Templateism.com

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.